Peristiwa penyerangan yang dilakukan oleh pasukan Gajah pimpinan Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah di kota Mekah, dianggap sebagai sebuah peristiwa besar yang layak dijadikan patokan penanggalan.
Di tahun pertama penanggalan Gajah ini, tepatnya
tanggal 17 Rabi’ul Awwal (12 Rabi’ul awwal menurut mazhab Sunni) 570 M
lahir seorang bayi yang kelak akan mengubah perjalanan sejalah manusia.
Dialah Muhammad putra Abdullah bin Abdul Muthallib.
Sejak lahir, Muhammad telah menunjukkan kelebihan yang khusus. Kehidupannya yang dimulai dengan keyatiman karena ayahnya telah meninggal dunia sebelum beliau lahir, penuh dengan kesusahan.
Kesusahan inilah yang menempa diri Muhammad dan mempersiapkannya untuk menjadi manusia besar dan pemuka bagi seluruh umat sepanjang zaman. Empat tahun, Muhammad hidup terpisah dari sang ibu, Aminah binti Wahb dan tinggal di tengah keluarga Halimah as-Sa’diyah.
Setelah berumur empat tahun dengan berat hati, Halimah melepas Muhammad dan mengembalikannya kepada sang ibu. Dua tahun kemudian, Aminah wafat. Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya,Abdul Muthallib yang amat mencintai dan menghormatinya. Abdul Muthallib yang juga pemuka kaum Quresy telah meramalkan bahwa cucunya ini kelak akan menjadi pemimpin besar bagi umat manusia. Karena itulah, kakek tua yang amat berwibawa ini menghormati dan mencintai Muhammad lebih dari cucu-cucunya yang lain.
Sejak usianya masih belia, Muhammad sudah rajin bekerja, terutama mengembala kambing, karena dengan pekerjaan itu beliau dapat bergaul langsung dengan anak-anak miskin yang tidak biasa menyombongkan diritidak seperti orang-orang jahiliyyah yang gemar membanggakan kehormatan dan kekayaannya.
Tidaklah mengherankan jika pekerjaan mengembala kambing merupakan salah satu bentuk pendidikan yang di berikan Allah swt. kepada Muhammad calon pemimpin umat manusia di dunia. Muhammad tumbuh besar menjadi pemuda yang dikenal dengan kejujurannya, sehingga beliau mendapat gelar al-Amin yang berarti “orang yang tepercaya”.Bagi masyarakat kota Mekah, tidak ada orang yang bisa dipercaya lebih dari Muhammad al-Amin.
Karena itu, ketika Abu Thalib mengusulkan kepada Khadijah binti Khuwailid untuk menjadikan Muhammad sebagai kepercayaan dalam perniagaannya, usulan itu disambut dengan merta-merta. Pada usia 25 tahun, Muhammad melakukan perjalanan niaga ke Syam dengan membawa barang dagangan milik Khadijah, wanita kaya dari kota Mekah yang amat disegani.
Dialah Muhammad putra Abdullah bin Abdul Muthallib.
Sejak lahir, Muhammad telah menunjukkan kelebihan yang khusus. Kehidupannya yang dimulai dengan keyatiman karena ayahnya telah meninggal dunia sebelum beliau lahir, penuh dengan kesusahan.
Kesusahan inilah yang menempa diri Muhammad dan mempersiapkannya untuk menjadi manusia besar dan pemuka bagi seluruh umat sepanjang zaman. Empat tahun, Muhammad hidup terpisah dari sang ibu, Aminah binti Wahb dan tinggal di tengah keluarga Halimah as-Sa’diyah.
Setelah berumur empat tahun dengan berat hati, Halimah melepas Muhammad dan mengembalikannya kepada sang ibu. Dua tahun kemudian, Aminah wafat. Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya,Abdul Muthallib yang amat mencintai dan menghormatinya. Abdul Muthallib yang juga pemuka kaum Quresy telah meramalkan bahwa cucunya ini kelak akan menjadi pemimpin besar bagi umat manusia. Karena itulah, kakek tua yang amat berwibawa ini menghormati dan mencintai Muhammad lebih dari cucu-cucunya yang lain.
Sejak usianya masih belia, Muhammad sudah rajin bekerja, terutama mengembala kambing, karena dengan pekerjaan itu beliau dapat bergaul langsung dengan anak-anak miskin yang tidak biasa menyombongkan diritidak seperti orang-orang jahiliyyah yang gemar membanggakan kehormatan dan kekayaannya.
Tidaklah mengherankan jika pekerjaan mengembala kambing merupakan salah satu bentuk pendidikan yang di berikan Allah swt. kepada Muhammad calon pemimpin umat manusia di dunia. Muhammad tumbuh besar menjadi pemuda yang dikenal dengan kejujurannya, sehingga beliau mendapat gelar al-Amin yang berarti “orang yang tepercaya”.Bagi masyarakat kota Mekah, tidak ada orang yang bisa dipercaya lebih dari Muhammad al-Amin.
Karena itu, ketika Abu Thalib mengusulkan kepada Khadijah binti Khuwailid untuk menjadikan Muhammad sebagai kepercayaan dalam perniagaannya, usulan itu disambut dengan merta-merta. Pada usia 25 tahun, Muhammad melakukan perjalanan niaga ke Syam dengan membawa barang dagangan milik Khadijah, wanita kaya dari kota Mekah yang amat disegani.
Untuk memudahkan pekerjaan, Khadijah mengirimkan
suruhannya bernama Maisarah untuk menyertai dan membantu Muhammad. Kesopanan,
kejujuran, dan kepiawaiannya dalam berdagang menarik perhatian Maisarah.
Perniagaan ini, membawa keuntungan yang banyak meski dalam berdagang, Muhammad
sangat memperhatikan masalahkejujuran. Seluruh kisah perjalanan ini diceritakan
oleh Maisarah kepada Khadijah.
Dengan usul Abu Thalib dan sambutan Khadijah, Muhammad datang meminang wanita mulia ini. Perkawinan antara Muhammad al-Amin dan Khadijah disaksikan oleh para malaikat di langit dan di bumi. Perkawinan dengan Khadijah melahirkan enam orang anak di antaranya al-Qaim, Zaenab, Rukayyah, Ummul Kulsum, Fathimah, dan Abdullah.Semua putra beliau meninggal selagi masih kecil.
Sedangkan semua putri beliau sempat memeluk Islam. Ketika umur Muhammad menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Kabah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Mekah selamat dari kerusakan. Dinding Kabah mengalami kerusakan. Pemuka Quraisy memutuskan untuk segera membangun Kabah kembali. Pada saat pemasangan kembali Hajar Aswad, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku.
Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari.
Masalah telah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani,Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata, “Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.” (buku lain mencatat Bab as-Salam).
Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!” Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu.
Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah. Demikianlah Muhammad al-Amin menjadi orang orang yang dipercayai oleh seluruh penduduk Mekah ketika itu.
Kisah Beliau Nabi Muhammad SAW harus dan wajib menjadi contoh bagi semua Umat Islam di dunia. Jangan pernah mencemarkan ataupun berpaling daripadanya demi kesejahteraan di dunia & akhirat.Amiin.
Dengan usul Abu Thalib dan sambutan Khadijah, Muhammad datang meminang wanita mulia ini. Perkawinan antara Muhammad al-Amin dan Khadijah disaksikan oleh para malaikat di langit dan di bumi. Perkawinan dengan Khadijah melahirkan enam orang anak di antaranya al-Qaim, Zaenab, Rukayyah, Ummul Kulsum, Fathimah, dan Abdullah.Semua putra beliau meninggal selagi masih kecil.
Sedangkan semua putri beliau sempat memeluk Islam. Ketika umur Muhammad menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke Kabah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Mekah selamat dari kerusakan. Dinding Kabah mengalami kerusakan. Pemuka Quraisy memutuskan untuk segera membangun Kabah kembali. Pada saat pemasangan kembali Hajar Aswad, muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku.
Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari.
Masalah telah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang disegani,Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata, “Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.” (buku lain mencatat Bab as-Salam).
Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!” Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu.
Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah. Demikianlah Muhammad al-Amin menjadi orang orang yang dipercayai oleh seluruh penduduk Mekah ketika itu.
Kisah Beliau Nabi Muhammad SAW harus dan wajib menjadi contoh bagi semua Umat Islam di dunia. Jangan pernah mencemarkan ataupun berpaling daripadanya demi kesejahteraan di dunia & akhirat.Amiin.
buat semuanya, khususnya temen-temenku ^^
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus